LKMM-TD H-3
24
Maret 2018
Jika kemaren LKKM hari kedua
berbeda, hari yang ketiga ini lebih berbeda lagi. Tidak ada materi-materian,
tidak ada duduk-dudukan yang bisa bikin bokong menjerit. Dengan mengangkat tema “Mahasiswa juga
masyarakat” peserta LKMM diajak terjun langsung ke masyarakat di desa Cempaka,
Banjarbaru. Pakaian yang digunakan pun terbilang simple, yaitu mengenakan baju
engineering ID dan celana training, dan bagi seorang muslimah yang berhijab
memakai jilbab hitam.
Untuk mencapai lokasi yang ditentukan, peserta menggunakan
sepeda motor sebuah berdua. Kalau bertiga, cabe-cabean, jadi tidak boleh. Pemandangan
jalanan yang tidak terlalu ramai kendtiba-raan tiba-tiba membangkitkan hasrat
dalam diriku. Hasrat akan kecintaan mendatangi tempat-tempat baru yang belum
pernah aku datangi. Aku cukup menikmati perjalanan ini. Karena tidak seperti
perjalanan biasanya yang hanya ada satu atau dua orang, kami disini berangkat
rame-rame, atau istilah yang tidak aku mengertinya adalah kompoi. Silahkan translate sendiri, pemirsah.
Sebelumnya, kami sudah
diwajibkan membawa sapu lidi, cangkul, clurit, sekop, dan alat-alat kebersihan
lain untuk digunakan sebagai senjata pengabdian kami. Setiap kelompok LKMM-TD juga
telah ditentukan area mana yang harus dibersihkan. Dan kelompokku tersayang,
kebagian daerah perumahan yang cukup padat. Jarak antar rumah sangatlah dekat.
Tentunya merupakan alokasi perumahan yang kurang baik menurut ayah saya si
pengamat lingkungan terkenal di jagat raya, namun sayangnya tidak diakui beliau
sebagai anak.
Hal yang kami berikan pada warga bukanlah sesuatu yang
berarti. Hanya sekedar membersihkan sampah dan rerumputan yang tentunya bisa
mereka lakukan sendiri. Jadi bisa dibilang, kami yang harus berterimakasih
kepada mereka, sudah diizinkan untuk memasuki “rumah” mereka dan secara tidak
langsung mengajarkan kepada kami arti sebuah keikhlasan tanpa memandang apa
yang diberikan dan apa yang diterima. Kadang, senyum dari warga dan antusiasme
mereka dalam menyambut kami, menyentuh hati kecilku. Inilah apa yang dinamakan
“warga”, sebuah komunitas kecil yang mau menerima kedatangan kami, si “bukan
siapa-siapa” ini. Teruntuk mereka, terimakasih.
Kegiatan berakhir sekitar pukul
11.30. Kami diarahkan kembali ke fakultas teknik. Sambil menunggu semua peserta
terkumpul seluruhnya, kami dipersilahkan istirahat di dalam barisan. Mendengar
yel-yel dari dua kelompok sambil berbagi makanan. Padahal baru beberapa kali
bertemu teman sekelompok namun sudah terasa sesolid ini. Ka BE’EM dan panitia,
salah satu tujuan program yang kalian rencanakan dengan hati yang matang telah
terealisasikan. Percaya tak percaya, ada beberapa orang yang sudah merasakan
sensasi berkumpul kelompok seperti berkumpul dengan keluarga.
Pelajaran yang dapat dipetik
kali ini, tidak ada pelajaran yang dapat dipetik! Karena yang dipetik itu buah
dan sayur. Pelajarannya, kami diajak untuk merasakan atmosfir di masyarakat,
karena kelak “tempat” itulah yang akan kami tuju. Bukan sekedar prodi tambang –
pada “tambangnya” atau prodi kimia pada “lab” nya, melainkan masyarakat itu
sendiri. Suatu lingkungan yang keras, dan apabila tidak mampu melewati tidak
ada kata kasihan untukmu. Etika seperti apa yang membuat seseorang bertahan?
Aku masih penasaran dengan jawaban atas pertanyaan itu. Jawabannya ada di depan
mata.
Kau
dapat melupakan orang yang tertawa bersamamu, tapi jangan pernah melupakan
orang yang menangis bersamamu.