Rabu, 11 September 2019

Kisah Al-Qur'an: Nabi Ibrahim Mencari Tuhan

mencari Tuhan
"Aku tidak Suka Yang Tenggelam

"Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang, (lalu) dia berkata, 'inilah Tuhanku?' Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata, 'Aku tidak suka kepada yang tenggelam'." - QS. Al-An'am (6): 76.

NABI Ibrahim AS hidup ditengah bangsa Suryaniyyah di tanah Babilonia. Masyarakat yang dibawah naungan pemerintah raja Namrudz itu memeluk berbagai agama, tetapi tidak satupun yang menyembah agama tauhid. Agama yang mereka peluk adalah agama para penyembaha berhala, matahari, bulan, bintang, dan lain-lain.
Sejak kecil, Nabi Ibrahim berbaur dengan masyarakat yang menyembah berbagai agama duniawi itu. Bahkan ayah Nabi Ibrahim sendiri, Azar, selain penyembah berhala, juga pemahat patung. Jadi, dalam lingkungan keluarganya sendiri, kepercayaan menyembah patung berkembang dengan subur. 

Alhamdulillah, Nabi Ibrahim, yang memang sejak kecil telah dipilih Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk mengemban pesan-pesan Allah dalam agama tauhid, terhindar dari pengaruh buruk itu. Ketika masih remaja, Nabi Ibrahim mempertanyakan ihwal penyembahan matahari dan bulan kepada sekelompok anggota masyarakat disekitarnya. Menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi dalam Tafsir Al-Maraghi, terjadilah perdebatan antara Nabi Ibrahim dan mereka. 

Ketika Allah Ta'ala mulai memperlihatkan kerajaan langit dan bumi kepada Nabi Ibrahim, ceritanya adalah sebagai berikut:
Ketika malam telah genap dan menutupi alam bumi sekitarnya, beliau memandang kerajaan langit. Dilihatnya sebuah bintang besar yang menonjol daripada bintang-bintang lainnya, karena sinarnya yang berkilauan, yaitu bintang yang merupakan tuhan terbesar bagi sebagian peyembah bintang dari bangsa Yunani dan Romawi kuno. 

Ketika melihat kejadian itu, Ibrahim berkata, "Inilah Tuhanku." - QS Al An'am (6): 76.
Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, Nabi Ibrahim berkata, "Sesungguhnya aku tidak menyukai apa yang tenggelam." 

Imam Ghazali dalam kitabnya yang berjudul Al-Qisthas Al-Mustaqim (Neraca Kebenaran) menguraikan ihwal ilmu mantiq dengan menggunakan contoh kisah Al-Khalil Ibrahim. Logika dari perkataan Nabi Ibrahim AS adalah bahwasanya Tuhan tidak bisa terbenam, sedang bintang bisa terbenam, maka bintang bukanlah Tuhan.
Begitu juga, ketika di lain malam, sebagaimana dinukilkan di dalam Al-Qur'an surah Al-an'am ayat 77-70, Nabi Ibrahim melihat permulaan terbitnya bulan dari balik ufuk, ia berkata, "Inilah Tuhanku." 

Namun pada siang harinya, Nabi Ibrahim menunjuk kepada matahari. Beliau berkata, "Yang aku lihat sekarang inilah Tuhanku." Mengapa? Karena, "Ia lebih besar dari bintang dan bulan." Namun ketika matahari tenggelam, padahal ia tampak lebih besar, cahayanya lebih terang, dan sinarnya lebih tajam daripada bulan dan bintang, Nabi Ibrahim berkata sambil mendengarkannya kepada orang-orang di sekitarnya, "Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan, Yang mencipkan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar (hanifa'), dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan." - QS Al-An'am (6): 79. 

Demikianlah contoh pertumbuhan atau perkembangan iman yang terjadi pada semua manusia. Allah mencontohkan Nabi Ibrahim, sebab beliau akan dijadika imam, contoh orang yang ingin mencapai imam tauhid yang sempurna.





SB, dari berbagai sumber*AP 


Sumber (Majalah alKisah No 19/ Tahun IX/19 September-2 Oktober 2011.

0 komentar:

Posting Komentar

Kritik dan saran Anda sangat kami butuhkan. Berkomentarlah dengan sopan dan tidak mengandung spam