This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 25 Juli 2015

Islam di Rusia (Bagian 2)

Sembunyi-sembunyi
Salah satu saksi bisu bagaimana syi'ar Islam di Rusia berkembang adalah Masjid Sabornaya atau Masjid Agung Moskow, yang berada di kawasan Prospect Mira. Maka jangan heran, masyarakat setempat menyebutnya Masjid Prospect Mira. Tempat beribadah ini juga berada persis di samping salah satu stadion terbesar Rusia, Olympic Moskow atau Olimysky. 
MASJID SABORNAYA, MASJID AGUNG MOSKOW. Kontribusi untuk para pejuang di medan perang
MASJID SABORNAYA, MASJID AGUNG MOSKOW. Kontribusi untuk para pejuang di medan perang

Meski ada empat masjid di Moskow, hanya Sabornaya yang diakui pemerintah. Adzan bebas berkumandang disini, tidak seperti di masjid lainnya. 

Sabornaya, yang dibangun tahun 1904 oleh arsitek Nikolai Alekseyevich Zhukov, pembangunannya disponsori oleh seorang saudagar, Yusupovich Yerzin. Hanya butuh waktu lima bulan untuk mendirikan tempat beribadah ini. Imam masjid pertama, Badriddin Hazrat

MUSLIMIN DAN MUSLIMAT DI RUSIA. Berbagi pengalaman dalam syi'ar Islam
MUSLIMIN DAN MUSLIMAT DI RUSIA. Berbagi pengalaman dalam syi'ar Islam
Alimov, mengajukan izin kepada pemerintah Moskow untuk menggunakan masjid itu sebagai tempat beribadah pada 27 November 1904. 

Pada perang Dunia I dan II, bangunan ini menjadi tempat penggalangan bantuan dari masyarakat untuk para pejuang di medan perang. Bahkan pernah juga digunakan sebagai tempat perlindungan.
Tahun 1960-1970, Para imam masjid mempunyai peran besar dalam mencairkan hubungan antara Uni Soviet dan dunia Islam, termasuk negara-negara Arab. Hubungan dengan negara-negara tetangga mencair. Presiden Mesir Gamal Abdul Naser, Presiden Libya Muammar Khadafi, Presiden Iran Muhammad Khatami, Presiden Turki Abdullah Gyul, PM Malaysia Mahathir Muhammad dan Presiden Indonesia pertama Soekarno, pernah berkunjung ke masjid agung ini. 

Bangunannya memang tidak memadai untuk menampung umat Islam Moskow, yang mencapai 2,5 juta jiwa. Oleh karena itu, Presiden Federasi Rusia Dimitri Medvedev pun akhirnya menyetujui bangunan ini diperluas. Luas totalnya lebih dari 26.000/m2. Kompleks itu meliputi masjid, gedung dewan pengurus, gedun serbaguna, dan tempat perbelanjaan. Masjid in mampu menampung sekitar 6.000 jama'ah.
Saya bisa merasakan semangat kaum muslim disini. Usai shalat, jama'ah biasanya saling berbagi pengalaman mereka dalam syi'ar Islam. 

Kisah yang selalu menarik perhatian sesama umat disana adalah cerita dari jama'ah yang asalnya dari Tatarstan, wilayah Rusia, yang didominasi umat muslim, dan umat dari wilayah Chechnya, yang sejak lama ingin memisahkan diri dari Rusia. 
 
SVET ZACHAROV. Cinta Indonesia
SVET ZACHAROV. Cinta Indonesia

Salah satu imam masjid Sabornaya yang saya temui, Itdar Alautdinov, mencritakan, zaman Uni Soviet, kaum muslim beribadah sembunyi-sembunyi. Jika ketahuan oleh mata-mata KGB, mereka bisa dikenai hukuman berat.

Selalu Berbatik
Pemerintah Rusia kini ingin menunjukkan keseriusan mereka, menghargai masyarakatnya memeluk agama menurut kepercayaan mereka masing-masing. Salah satunya dengan memberi izin berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi Muslim yang diadakan di Pillar Hall of Unions, atau Koloni Zall, tahun 2009. Tempat ini adalah tempat dahulu mayat Lenin disemayamkan, sebelum disimpan dalam mausoleum di Lapangan Merah. 

Perwakilan dari 40 negara, termasuk Indonesia, hadir. Adalah Dewan Mufti Rusia, Organisasi Konferensi Islam atau Oki, dan Kementerian Luar Negeri Rusia yang menggagas acara ini. Syaikh Ravil Gaitnudin, pemimpin Dewan Mufti Rusia, berharap bisa mempererat hubungan Rusia dengan negara-negara muslim. Wajar, bila mengingat jumlah umat Islam Rusia hampir 25 juta jiwa. Mungkin saja, suatu saat negara ini menjadi kekuatan baru Islam dunia. 

Beruntung sekali saya bisa berkenalan dngan Svet Zacharov, salah satu peserta KTT Muslim, yang lancar sekali berbahasa Indonesia. Bukan hanya itu, beliau yang pernah bekerja sebagai wartawan di Harian Merdeka masa ke pemimpinan (alm.) B.M. Diah, paling suka mengenakan batik, tanda kecintaannya kepada Indonesia. Era 1980-an, Zacharov pernah menjabat wakil kepala penerangan Kedutaan Besar Uni Soviet di Jakarta, selain sebagai koresponden untuk Uni Soviet dan Eropa Timur. 

Zacharov, kakek tiga cucu yang sering menulis ihwal Indonesia bagi media massa Rusia, adalah alumnus Fakultas Ketimuran Jurusan Indonesia di Institut Negeri Moskow. Ia juga telah menerbitkan kamus percakapan Indonesia-Rusia. 

ST/FT: YS Daya, berbagai sumber/Thanks to: Yulika Sastria Daya & Ninok Hariyani, executive producer Jejak Islam*AP


Sumber (Majalah alKisah No. 11/ Tahun IX/30 Mei-12 Juni 2011)

Jumat, 24 Juli 2015

Islam di Rusia (Bagian 1)

Islam di Rusia (Bagian 1)

Potensial Menjadi Kekuatan Baru Islam Dunia

Yulika Sastria Daya, host JEJAK islam dan Backpacker yang rerun di TV One, ketika bertugas ke Moskow berhasil melihat perkembangan komunitas muslim di Negeri Beruang Merah itu dari dekat. Pengalamannya ia ceritakan untuk pembaca alKisah... 

RUSIA, negara yang berada di sebelah utara benua Asia dan timur benua Eropa, kini memberi kebebasan warga negaranya untuk memilih agama menurut kepercayaan masing-masing. Padahal waktu negara ini masih menjadi bagian dari Uni Soviet, ajaran agama apa pun tidak diperbolehkan berkembang disini. Seluruh tempat ibadah ditutup. Literatur agama dimusnahkan. Pemimpin umat beragama pun memperoleh tekanan keras. Mereka tidak memiliki kesempatan untuk bersosialisasi. Namun kondisi ini berubah membaik, sejak Uni Soviet jatuh tahun 1991. Rusia memberi kebebasan warga negaranya untuk memeluk agama sesuai kepercayaan mereka masing-masing. 

Mayoritas penduduk Rusia kini, hampir 80%-nya memeluk agama Kristen Orthodoks. Pemeluk agama Islam sendiri sekitar 25 juta jiwa atau 15% dari total penduduk Rusia yang keseluruhannya sekitar 145 juta jiwa.
Muslim di Rusia sebagian besar berada di Tatarstan dan Bashkirs. Sebagian lagi tinggal di antara suku bangsa minoritas, seperti Dageshtan, Ingushetia, dan Chechnya. Selain penduduk asli, status pemeluk agama Islam di sana awalnya imigran dari negara tetangga yang dulu merupakan bagian daru Uni Soviet, seperti Kirgistan, Uzbekistan, dan Kazakhstan. 

Menurut catatan sejarah, syi'ar Islam pertama kali masuk di wilayah Dageshtan pada abad kedelapan. Tahun 922 Masehi, pemerintah Islam pertama berdiri dengan nama Volgabulgaria. Tidak lama kemudian, bangsa Tatarstan ikut memeluk agama Islam, hingga akhirnya menjadi mayoritas Islam terbesar di Rusia. 

7.000 Masjid
Melihat perkembangan agama Islam di Rusia sungguh mengharukan. Tahun 1522, sejarah kelam penindasan kaum muslim di Rusia tidak bisa dilupakan. Berawal dari penakhlukan Kazan, ibu kota Tatarstan, ketika Tsar Rusia berkuasa. Masjid-masjid dihancurkan. Terjadi diskriminasi. Umat Islam disana hanya diperbolehkan bekerja di sektor rendahan. Gerak mereka dibatasi di semua bidang. 

Penderitaan kaum muslim di negara ini berlanjut dengan pengusiran bangsa Tatarstan. Mereka diminta memilih: tinggal di wilayah yang sangat jauh di Rusia, atau masuk dalam kekuasaan Ottoman Turki. Tidak mengherankan bila mayoritas bangsa Tatarstan kini tinggal jauh dari tanah airnya sendiri. 

Penderitaan umat Islam belum berakhir. Rezim komunis ketika pemerintahan Uni Soviet berkuasa melarang semua ajaran agama berkembang. Masjid-masjid ditutup dan dialihfungsikan menjadi gudang. Bahkan ketika Stalin berkuasa tahun 1944, deportasi besar-besaran terjadi. Kaum muslim terpaksa pindah ke negara satelit Uni Soviet, seperti Uzbekishtan, Kazakhstan. Ratusan ribu orang bekerja dalam skala industri massif sistem Gulag Soviet. 

Namun kondisi membaik setelah pemerintahan komunis Uni Soviet hancur tahun 1991. Kehidupan beragama, terutama syiar Islam, tidak lagi mendapat tekanan dari pemerintah. Selama 15 tahun terakhir, perkembangan muslim di Rusia meningkat 40%. Tempat beribadah pun bebas dibangun. Sekitar 7.000 masjid kini berdiri dan digunakan untuk kaum muslim beribadah.


Kamis, 23 Juli 2015

Jasadnya tak Tersentuh Makhluk Bumi

Jasadnya tak Tersentuh Makhluk Bumi

Bukankah sudah begitu banyak bukti yang Allah SWT perlihatkan di muka bumi ini agar manuisa menjadi sadar? 

Orang-orang ramai mengitari pemakaman. Mereka adalah sanak kerabat yang akan menyaksikan pemindahan kerangka di pemakaman itu. Sebagian tanah makam akan di jadikan jalan umum untuk memperlancar arus lalu lintas yang semakin ramai.

Pada awalnya eksekusi itu berlangsung alot, tidak semua ahli waris mau menerima rencana proyek itu. Mereka menyayangkan mengapa harus tanah makam yang dikorbankan.
Satu per satu kerangka mulai dipindahkan dengan hati-hati. Beberapa penggali kubur terus berkutat dengan tanah, membongkar kuburan yang telah ditentukan. Seorang Ustadz ikut serta mendampingi ahli waris dalam setiap proses pemindahan.

"Kuburan H.M. Shaleh, mana ahli warisnya" tanya si Ustadz ketika akan membongkar makam terakhir. Para penggali kubur bersiap-siap dengan cangkul dan linggis.
Tiga wanita berpakaian muslim dan empat pria maju ke dekat kuburan. Ingin menyaksikan makam ayah mereka digali.
"Mari kita berdoa agar penggalian berlangsung lancar, dan semoga arwah almarhum tenang dan damai, karena kerangkanya akan dipindahkan," kata sang Ustadz.

Mereka berdoa membaca surah Al-Fatihah, dan para penggali mulai mengerjakan tugasnya.
Panas mentari mulai terasa menyengat. Walau sudah dimulai agak pagi, tetap saja, ketika giliran makam terakhir digali, panas mulai menyengat. Orang-orang yang ramai di pemakaman itu mulai kegerahan, beberapa wanita mengembangkan payung yang dibawanya. Peluh mengucur di wajah para penggali kubur.
Dengan cepat mereka sudah hampir sampai di posisi jenazah bersemayam. Namun tiba-tiba seorang penggali kubur meloncat keluar sambil bertakbir dan mengucapkan istighfar. "Allahu Akbar, astaughfirullah."
Orang-orang yang kegerahan dan berteduh di bawah beberapa pohon kamboja mendekat. "Ada apa? Ada apa?"
"Kain kafannya utuh, masih terikat dengan sempurna, tidak ada cacat sedikitpun," tutur sang penggali kubur dengan napas terengah-engah.
Beberapa ahli waris H.M. Shaleh mendekat, begitu juga sang Ustadz, yang mengawasi penggalian.
"Teruskan saja. Mungkin salah seorang anaknya bisa mendampingi?" kata sang Ustadz berusaha menenangkan situasi.
Salah seorang putra almarhum mendekat dan masuk ke liang kubur bersama penggali kubur.
Benar apa yang dikatakan oleh pengali kubur, jasad ayahnya masih utuh, kain kafannya tidak ada robek sedikitpun.
Anaknya itu mengingat-ingat, ayahnya wafat ketika dia berumur lima tahun sekarang dia sudah berumur 45 tahun, empat puluh tahun yang lalu, tapi jasad ayahnya masih utuh.
Keluarga beramai-ramai mendekat ke liang lahat.

Dengan hati-hati para penggali kubur mengangkat jasad ke tepi liang kubur. Subhanallah, masih berat.
Pekik takbir dan tasbih yang membahana membuat orang ramai berkerumun di lokasi kuburan itu. Terlihat wajah sekilas almarhum masih utuh dan tampak mengulas senyum.
Keranda diturunkan dari mobil jenazah yang disiapkan untuk membawa kerangka-kerangka.
"Ahli waris mohon membuka kain kafan, untuk memastikan apakah jasad benar utuh atau tidak," ujar si Ustadz menyarankan.

Seorang wanita paruh baya memberanikan diri untuk mendekat, ia anak kedua H.M. Shaleh. Ia berdoa dekat jasad ayahnya lalu membuka ikatan kafan satu persatu.
Setelah semuanya terbuka, pekikan takbir kembali terdengar. Keluarga seolah menyaksikan kembali wajah H.M. Shaleh ketika hidup. Tidak kurang sesuatu apa pun, persis seperti ketika dikuburkan 40 ahun yang lalu.

Beberapa kerabat yang lain bertangisan tapi juga memuji kebesaran Allah SWT. Sebuah kejadian langka, yang tentu menyimpan banyak kisah dibalikna.
Menjelang adzan zhuhur berkumandang, prosesi pemindahan jenazah berakhir.
Siapakah dia, yang jasadnya tidak disentuh oleh makhluk bumi? Siapakah dia, yang diharamkan jasadnya dimakan makhluk di dalam tanah, seperti yang dijanjikan oleh Allah SWT untuk setiap kekasih yang dicintai-Nya?

Hafizh yang Sederhana 
Kawasan Bojong Gede, Bogor, di awal tahun '40-an' tidaklah seramai sekarang. Kebun buah masih banyak ditemui di mana-mana. Tanah yang subur dan air yang melimpah membuat penduduknya hidup dalam kecukupan. Sebagian besar penduduk menjadikan pertanian, terutama berkebun buah, sebagai mata pencaharian mereka.
Tapi ada satu keluarga, yang dianggap alim oleh penduduk, hanya berkebun ala kadarnya. Mereka turun temurun lebih berfokus pada dakwah dan menjadi guru mengaji.

Pak Shaleh, yang menjadi motor keluarga itu, adalah keluaran pesantren ternama di Jawa Timur dan seorang yang hafal Al-Qurlan. Ia dan keluarganya adalah pendakwah yang pantas diteladani dalam segala hal. Tidak pernah mengeluh menghadapi kehidupan, menuntun penduduk dengan ikhlas untuk mengaji dan mengerti agama.
Ia tidak pernah menonjolkan diri, tapi agama yang dipeluknya membuatnya dihormati oleh orang lain kerena ilmunya. Bagi seorang penghafal Al-Qur'an, akhlaq adalah sesuatu yang sangat utama. Karena, kalau ada yang berjalan tidak sesuai dengan syari'at yang telah ditentukan oleh Allah, sulit banginya untuk menjadi seorang penghafal Al-Qur'an. Menjadi seorang hafizh bukanlah hanya perkara hafal menghafal, tapi juga mencakup seluruh keutamaan yang harus dipunyai.

Pak Shaleh mendidik keluarganya dengan penuh kasih sayang, mengamalkan agama dengan ikhlas, dan hidup dengan sederhana sesuai yang dicontohkan Rasulullah SAW. Akhlaqnya yang begitu mulia dikenang penduduk dan lekat dalam memori mereka. Ketika nama Pak Shaleh disebut, beberapa orang tua yang masih hidup dan pernah bertemu dengannya menyebut namanya dengan ta'zhim. Dan ketika diceritakan ihwal peristiwa yang baru terjadi menyangkut jasad Pak Shaleh, mereka tidak kaget.
Pak Shaleh tidak pernah muluk-muluk dalam hidupnya, apa yang dilakukannya adalah apa yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dalam bergaul dengan sesama, mengahadapi obyek dakwah, bergaul dengan keluarga, semuanya mencontohkan Rasulullah SAW.

Sifat sederhana dan menerima apa adanya tercermin dari hidupnya sehari-hari. Dalam membagi ilmu, ia tidak pernah menyembunyikan apapun. Banyak kader yang dibinanya dengan tulus untuk melanjutkan estafet menghafal Al-Qur'an, dan semuanya tidak pernah dipungut bayaran.
Karena apa yang dilakukan tidak pernah sedikit pun keluar dari rel yang telah ditentukan oleh Allah SWT, hidupnya pun dijamin oleh Allah SWT. Bukankah Allah SWT tidak pernah ingkar dengan janji-janji-Nya? Apa saja kebutuhan hidup terpenuhi, walau ia tidak pernah meminta imbalan apapun dari kegiatan dakwah yang dilakukannya.

Banyak sekali keutamaan yang dimiliki Pak Shaleh, sehingga ia pun jadi teladan bagi masyarakat di sekitarnya. Mereka yang dulu kanak-kanak dan kini sudah sepuh mengenangnya sebagai guru mengaji yang penyayang dan berhati lembut. "Beliau tidak pernah marah, dan dengan telaten membetulkan setiap hafalan muridnya yang sering salah," kenang seorang laki-laki sepuh yang ketika menjadi muridnya masih duduk di sekolah rakyat.

Harimau mati meninggalkan belang, manuisa mati meninggalkan nama harum yang selalu dikenang. Berita tentang jasad utuhnya ketika kuburan digali menjadi buah bibir di kawasan Bojong. Itu adalah salah satu bukti kebesaran Allah SWT perlihatkan di muka bumi ini agar manusia menjadi sadar? Tapi mengapa kebanyakan manusia tidak memikirkannya dan tidak mengambil pelajaran?  
IMR*AP 



Sumber (Majalah alkisah No. 19/Tahun IX/19 September-2 Oktober 2011)

Selasa, 21 Juli 2015

Mengungkap Pesona Halmahera Barat


Mengungkap Pesona Halmahera Barat
INDONESIA, negara yang tidak ada habisnya akan keindahan. Kultur yang beraneka ragam. Ditambah lagi adanya berlian hidup Indonesia, flora dan fauna.

Lokasi
Kabupaten Halmahera Barat berada di Pulau Halmahera yang terletak diantara 1o - 3o Lintang Utara dan 125o - 128o BT berbatasan dangan Kabupaten Halmahera Utara (Utara), Laut Maluku dan Kota Ternate (Barat), Halmahera Selatan dan Halmahera Timur (Timur), dan Kota Tidore Kepulauan (Selatan).

Luas wilayah kabupaten Halmahera Barat mencapai 22.346 km2 darat, dan 11.633,42 km2 laut. Ada sekitar 123 pulau kecil di Halmahera Barat, namun hanya 2 pulau yang berpenghuni sisanya pulau tanpa penghuni.  

Penduduk
Ada beberapa etnis yang beragam tinggal di Halmahera Barat mulai dari suku lokal dan suku pendatang. Suku lokal diantaranya suku Sahu, Loloda, Wayoli, Gamkonoro, Gorap, Tobaru dan suku Ternate. Suku pendatang seperti suku Jawa, Sangir, Ambon, Bugis, Gorontalo dan Makian. Dengan adanya banyak suku, pastinya menambah keragaman budaya di Halmahera Barat.  

Festival
Mengungkap Pesona Halmahera Barat

Festival Teluk Jailolo merupakan acara tahunan di dekat pelabuhan Teluk Jailolo. Festival itu memang dimaksudkan sebagai pintu masuk untuk menarik wisatawan datang ke Halmahera Barat. Selain itu, wisatawan juga diharapkan mengunjungi tempat wisata yang di tawarkan. Bukan hanya festival ritual adat juga menjadi magnet untuk menarik para wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Seperti ritual adat makan bersama di rumah adat atau biasa disebut Orom Sasadu, di Desa Gamtala, Kecamatan Jailolo. Yang merupakan ritual syukur atas keberhasilan panen. Wisatawan juga dapat berbaur dengan masyarakat menikmati makanan tradisional khas Halmahera Barat dan minum saguer atau arak dari nira pohom aren.

"Makanannya enak meski agak pedas," kata salah seorang wisatawan asing sambil menikmati alunan didiwang, tifa yang terbuat dari pohon aren sekitar 3 meter, yang energik.

Orom Sasadu adalah salah satu sajian utama dalam Festival Teluk Jailolo. Dalam masyarakat adat Halbar, ritual biasanya digelar pada Maret dan Juni. Dahulu ritual adat ini bisa diselenggarakan selama 9 hari 9 malam, atau 7 hari 7 malam, 5 hari 5 malam, 3 hari 3 malam, atau hanya 1 hari 1 malam tergantung dari hasil panen. Namun sekarang umumnya hanya digelar satu hari satu malam yang diisi dengan makan dan menari.

Ritual adat lain yang disajikan dalam festival adalah sigofi ngolo atau bersih laut, yaitu membersihkan , laut dari segala niat buruk, meminta izin alam untuk memulai perayaan dengan tulus. Ritual ini digelar pada pagi hari menjelang acara puncak, yaitu pergelaran tari Sasadu on the Sea.
Ritual sigofi ngolo dilakukan dengan arak-arakan sejumlah perahu kayu bermotor yang dihiasi umbur-umbul dan janur, dari Teluk Jailolo menunju Pulau Babua di tengah Teluk Jailolo.

Wisata
Mengungkap Pesona Halmahera Barat

Mengungkap Pesona Halmahera Barat
Disamping banyak-nya wisata alam disana keindahan alam bawah laut Jailolo merupakan wisata andalan Halmahera Barat. Teluk Jailolo merupakan kawasan yang tepat untuk melakukan snorkling, fishing maupun jet sky. Selain itu, struktur bawah laut yang berbentuk menurun, keragaman biota laut yang langka seperti nudybranch, japanese spy, dan juga adanya wreck di dasar laut merupakan surga bagi para penyelam.

Industri menyelam terbilang masih muda karena baru berkembang seiring penyelenggaraan Festival Teluk Jailolo yang pertama kali diadakan pada 2009. Ada 20 tempat penyelaman di Teluk Jailolo dan 10 tempat penyelaman di Loloda yang dapat dicapai dalam waktu dua jam perjalanan laut menggunakan perahu cepat dari pelabuhan Jailolo. Wisatawan juga dapat berenang di Pantai Bubanahena yang airnya tenang dan jernih sambil menikmati pemandangan deretan Gunung Kiematubu di Pulau Tidore, Gunung Meitara di pulau Meitara, Gunung Gamalama di Pulau Halmahera, serta Gunung Hiri di pulau Hiri, sebuah pulau kecil di seberang pantai utara Pulau Ternate.

Bagi wisatawan yang tidak ingin berurusan dengn air, banyak alternatif tempat wisata bahari yang dapat dikunjungi. Paling tidak ada 13 pantai yang ditawarkan, beberapa diantaranya terdapat sumber air panas sehingga air lautnya hangat. Ini seperti Pantai Air Panas di Desa Galala, Kecamatan Jailolo, sekitar 1 kilometer dari pelabuhan Jailolo.
Sejumlah desa juga menawarkan paket wisata sesuai potendi masing-masing. Ada 10 desa wisata, salah satunya adalah Desa Gamtala yang menawarkan wisata menyusuri hutan bakau. Selain itu, masih ada wisata alam lainnya seperti Air Terjun Kahatola yang unik di Kecamatan Loloda.
Mengungkap Pesona Halmahera Barat

Memberi hasil 
Mengungkap Pesona Halmahera Barat

Dengan tema yang berbeda dari tahun ke tahun, Festival Teluk Jailolo menampilkan potensi wisata alam dan budaya setempat. Hasilnya, kunjungan wisata bertambah dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, jumlah wisatawan pada 2011 tercatat 5.945 orang, pada 2012 sebanyak 15.500 orang, dan pada 2013 sebanyak 37.186 orang.
Akses ke Halmahera Barat juga kian mudah. Setelah menempuh perjalanan udara dari Jakarta ke Ternate (Bandar Udara Sultan Babullah) sekitar 3,5 jam, wisatawan dapat melanjutkan dengan perjalanan laut menggunakan perahu dari Pelabuhan Dufadufa, Ternate, ke Pelabuhan Jailolo selama 45 menit.
Penerbangan dari Ternate ke Jailolo sudah menampakkan kemajuannya, sekarang bisa setiap saat karena ada banyak kapal. Berbeda dengan dulu kalau berangkat pagi baru bisa pulang esok hari. Jadwal penerbangan ke Ternate ada beberapa kali. Dari Jakarta ada 9 kali penerbangan, dari Surabaya ada 4 kali, Makassar 2 kali, dan Manado 2 kali. Jika ingin menginap di Jailolo, ada satu hotel dan sejumlah penginapan. Bagi wisatawan yang tidak ingin merogoh kocek besar bisa tinggal di rumah penduduk, tersedia sekitar 70 kamar, dengan tarif Rp 100.000 perkamar kapasitas dua orang. Tentunya selain lebih murah juga bisa menikmati langsung kearifan lokal.




Sumber referensi: (Kompas)

Senin, 20 Juli 2015

Beda Mukmin dengan Muslim

Islam sahabat Rasulullah
Mukmin adalah orang yang beriman kepada Allah sedang muslim adalah orang yang menerima agama Islam. Kita berdoa agar selalu menjadi mukmin dan meninggal sebagai mukmin. 

Samakah muslim dengan mukmin? Dari segi kata saja lain, apalagi dari segi maknanya. Penjelasannya terdapat dalam suatu hadist Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan sahabat Sa'ad Radhiyallahu' Anhu.
"Suatu hari aku duduk bersama Nabi SAW. Beliau menolong beberapa orang. Namun, beliau tidak memberikan apa pun kepada seseorang yang dalam anggapanku adalah terbaik diantara mereka.
Melihat hal itu, aku berkata, 'Wahai Rasulullah, engkau tidak memberi apa pun kepada orang ini padahal aku yakin dia adalah mukmin yang baik.' 

Nabi menjawab, 'Jangan mengatakan dia mukmin, sebaiknya sebut saja muslim.'
Aku terdiam beberapa saat, tetapi aku tidak dapat menahan perasaanku kepada orang itu. Jadi, aku berkata lagi dengan mengatakan bahwa orang itu seorang mukmin. 

Sekali lagi Nabi SAW mengatakan bahwa orang itu adalah seorang muslim.
Ketika aku mengulangi perkataanku untuk ketiga kalinya, Nabi SAW berkata, 'Wahai Sa'ad, sering aku menolong seseorang yang tampaknya tidak memerlukan pertolongan karena menurutku imannya masih lemah. Aku khawatir jika aku tidak menolongnya dan membesarkan hatinya ia akan berpaling (dari Islam) dan masuk neraka'." (HR Al-Bukhari) 

Dalam strategi dakwah, membantu muslim yang lemah itu disebut ta'lif al-qulub (melunakkan hati). Dalam kisah di atas, Nabi SAW ingin mengatakan bahwa anugerah terbesar iman tidaklah tertanam dalam hati manusia dalam sekejab. Pada saat iman seseorang sedang lemah, pada saat ia mengalami kemalangan dan masa sulit, imannya akan semakin melemah dan akan mengakibatkan ia terjerumus dalam kegelapan.

 Mukmin berarti orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Ia telah siap menjalani hidupnya sesuai dengan ajaran Islam. Ia mematuhi aturan dan ketentuan syari'ah. Ia adalah orang yang tidak ragu-ragu mengorbankan hidupnya demi imannya. Hanya sedikit orang yang seperti itu di tengah umat. Sedang muslim berarti orang yang menerima dan memeluk agama Islam.

Rasulullah SAW memberikan pelajaran kepada Sa'ad karena ia belum bisa membedakan mukmin dan muslim.
Kita berdoa, mudah-mudahan kita menjadi mukmin yang meninggal sebagai mukmin pula. Amin.
SB, dari berbagai sumber*AP



Sumber (Majalah alKisah No. 19/Tahun IX/19 September-2 Oktober 2011)

Minggu, 19 Juli 2015

Orkestrasi Kaligrafi (Manusia Perahu Sudianto)

puisi
ke tubuh senja;malam adalah jejak 25 pengembara. Sementara siang adalah catatan matahari dari hadis dan firman berlepasan. Dalam ketiak debu yang melansirkan tarian gelombang; pedih dedaunan dan debur waktu gentayangan menjarah segala ruang. Atas nama surga. Alif-alif itu belum mengakar di keningmu; padahal pasir telah mewiridkan lagu pesisir; burung-burung bersila melambaikan doa-doa.

Dengan 1.000 desah pengembara. Udara hanya berlabuh sebelum syafa'at tumpah. Dalam amuk sunyi gua-gua menakik merdu cuaca magis. Lereng berkabut cahaya dari pancaran rekah fajar. Lalu Kafilah hujan berdebu lumpur; mengabarkan rinai kudus khaligrafi, di antara lembap dingin yang ditumbuhi pohon berdaunan alif.

Sebelum dan sesudah alif menguras cakrawala. 
Ayat berbatang langit. Roh menawarkan perih dedaunan. Alif telah menelikung jejak matahari; bersama merkuri di batu-batu dan rembulan atas kasur.

Tubuh lancip serupa ujung jarum telah menganga. Di belakang rumah, hotel, restoran, dan meja-meja berantakan oleh tumpukan nafsu. Alif-Mu tegak alif-Mu terapung alif-Mu menggertak pelan. Bermiliar mata menangkap nada perih. Akhirnya wajah-wajah jatuh berguyur; sehingga warna malam memudar mengeruhkan semesta dogma, ideologi pada nisan sendiri.

Sabtu, 18 Juli 2015

Puisi: Mati dalam Ketakutan (Karya Aqsha Al Akbar)

Kata-kata apa yang dapat kukatakan nanti pada anak dan cucuku?

Hilangnya fondasi melibatkan caci.
Sikap apa yang dapat kutunjukkan nanti pada cucu dan cicitku?
Hilangnya budi dan moral, mendegradasi impian suci.

Renta dan gelisah aku mendikte keluguan batin.
Perlahan kucurahkan desakan terakhir menuju harapan.
Ini bangsa semakin tercabik, diguncang jutaan sabda yang
menyeret luka.
Pada apa sesungguhnya aku berkata, seandainya kupunya
rangkaian cinta?

Dogma dan paradigma dikikis habis, dari pedang fundamentalis.
Pembenaran hanya alat menentukan kebenaran.
Fatwanya membelenggu kasidah kehidupan.
Dan keresahan hanyalah sebagian dari tembang yang sumbang.

Benarkah ini drama yang disusun dari barisan ayat?
Yang dipuja dan disematkan dalam cerita tentang pembunuhan?
Masih, aku renta dan gelisah mendikte plot yang tersaji
di tengah bangsa ini.
Dan klimaks hanya milik kebengisan semata.

Sudah, sudah aku berbicara dalam nuansa makian.
mencoba membakar naskah yang perpeluh darah.
Tapi, aku tergerus dalam arus tak bermuara.
hanyut beserta kata dan harapan.
aku malu, aku sedih, aku terus renta dan gelisah melihat mereka,
mereka yang turut bisu dan tuli,
mereka yang mendengar kala bicara, mereka yang berbicara kala
mendengar.
Mereka yang hanya bisa sujud ketika satu pada angkuh.

Oh rakyat, rakyat yang ini dan itu,
rakyat teriak dalam diam,
rakyat menangis dalam sendu
rakyat yang renta dan gelisah menunggu kebijaksanaan waktu.
Berakhir hilang tergulung debu.

Oh rakyat, rakyat yang banyak dan yang sedikit,
rakyat yang membunuh kesesatan.
Rakyat yang menantang kebiadaban.
Terpecah dalam ruang dan berangkulan pada nisan.

Sekali lagi, aku renta dan gelisah mendikte kemarahan.
Tersesat dalam labirin kebencian.
Terombang-ambing dalam candu fanatisme.
Hingga terbunuh pada konklusi renta dan kegelisahanku.



Biodata Penulis
Aqsha Al Akbar: Mahasiswa S-1 Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

Jumat, 17 Juli 2015

Puisi: Tuan Bukan Tuhan (Karya Dwi Pratiwi)


Tuan, lihatlah itu
Mereka berseteru
Atas nama agama yang tak padu
Dan dengan nama besarmu
Pada kaummu kau menyeru
Hukum kaum sesat itu..!
Hukum kaum berdosa itu..!

Tuan, sekarang aku mau bertanya
Bukankah Tuhan yang berhak menghukum?
Tapi, kau rangkai hukum sendiri bagi mereka yang salah
Bukankan Tuhan yang menentukan pahala dan dosa?
Tapi, kau suguhkan dosa bagi mereka yang tak sepaham
Mengapa kau ambil tugas Tuhan?
Apa kau merasa lebih berkuasa dari-Nya?
Mengapa tak sekalian Kau ciptakan surga untukmu sendiri
Dan kau anugerahkan neraka bagi yang kau anggap berdosa.

Tuan, tahukah Tuan!
Tak selamanya
kita berpegang pada satu tali yang sama
Tak sepantasnya
kau mengolok-olokan keyakinan
yang berlainan dengan akidahmu
Sadarkah Tuan
Kau bukan Tuhan.



Biodata Penulis
Dwi Pratiwi lahir 20 tahun yang lalu. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Bahasa Inggris.

Kamis, 16 Juli 2015

Puisi: Sajak untuk Ibu di Hari Kematiannya (Karya Dianna Firefly)


(1)
Sepanjang jalan menuu kampung kita, aku tak bisa berhenti
berpikir tentang kau, Ibu
Apakah kau masih bertelut di sore hari dan sebut namaku dalam
doamu?
Atau tidak lagi... karena kau tak mau mati di balik jeruji besi

Sekarang aku sudah pulang dan kutemukan sajadahm
terbentang di hadapan para hulubalang
Mereka meradang! Mereka berang! Kau berpulang...

(2)
Aku ingat, Bu! Terakhir kali kau menanak nasi dan memasak
daun pepaya di hari bom meledak di ujung kota
Lelaki-lelaki berhamburan keluar membawa senjata
Mereka berteriak soal agama
Katamu padaku,"Negara ini sudah lama binasa. Ibu tak sanggup hidup terlalu lama...."




Biodata Penulis
Dianna Firefly lahir pada tahun 1991 di sebuah kota kecil di Kalimantan Barat. Ia tercatat sebagai Mahasiswi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Tanjungpura.

Rabu, 15 Juli 2015

Puisi: Sekelumit Debat; Saya dan Negara (Karya Arman Rozika)

saya bilang agama itu segi empat
dia bilang agama itu segitiga
saya bilang agama itu cokelat
dia bilang agama itu jingga
saya bilang agama itu barat
dia bilang agama itu tenggara
saya ucapkan keparat
besoknya saya dipenjara



Biodata Penulis
Arman Rozika: Mahasiswa S-1 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang. Lahir di Ketara, Lombok Tengah, NTB

Selasa, 14 Juli 2015

Puisi: Parodi Merah Putih (A.D. Rusmianto)

Ketika kotamu menjadi rusuh
orang cepat-cepat bicara bijak
dengan melupakan bajak
dan kain merah putih yang lusuh

ketika tanahmu menjadi darah
orang cepat-cepat cari aman
dengan mengatasnamakan Tuhan
kemudian sembunyi di balik gelisah

ketika bangsaku menjadi risi
orang cepat-cepat cuci tangan
dengan membuang muka pada persoalan
kemudian pura-pura ikut sidang
yang dianggap tempat hidangan makan

lalu di mana ketika orang berteriak merdeka?



Biodata Penulis
A.D Rusmianto atau Agus Dwi Rusmianto. Tulisannya masuk di antologi Soulmate: 12 Penyair Tasikmalaya (MIT, 2011), Dear Love (Hasfa Publisher, 2011e, Bilakah Tuhan Jatuh Cinta (Hasfa Publisher, 2011), bunga rampai Selingkuh Seringku (Hasfa Publisher, 2011), urutan pertama dari 5 besar Puisi Award Writing Revolution, antologi Melangitkan 100 Penyair Membumikan 100 puisi.

Senin, 13 Juli 2015

Puisi: Debuman Batu dan Reruntuhan Mata (Karya Ahmad Moehdor Al-Farisi)

Lelaki bersorban embun
Mengeja sungai
Mengeja batu
Mengeja ikan-ikan
Dari atas jembatan rantas ia menulis nama Tuhan
Dengan pensil tumpul tak berbatang berpengangan
Seperti batu tergantung di puncak bukit
menangis dan berdebum ke sungai keruh

Timbul-tenggelamnya arus mencekik masa lalu,
tertinggal di saku, wajah Tuhan, dan rumput di tepian
Tak berdaya melayani kelamin sungai
Adakah bola matanya mulai berjatuhan
Mengikuti jejak batu yang berdebum

Di dalam kekeruhan ia menjumpai pigura tak berwajah
Menggeliat mengiringi desah air
Persis desahan Tuhan di dalam kitab-Nya yang mengalir
Dari waktu ke waktu hanyalah debuman batu
Dan bola matanya yang runtuh.

Biodata Penulis
Ahmad Moehdor al-Farisi yang sering disapa Cak Ndor ini adalah ketua umum Jendela Sastra (2009 s.d. 2010), Divisi Dokumentasi KOSTRA (Komunitas Sanggar Sastra) UNIROW Tuban (2010 s.d. 2011), dan sekarang dipercaya menjadi presiden KOSTRA (2011 s.d. 2012). Meraih juara dan nominasi terbaik
Nusantara dalam berbagai sayembara. Beberapa bukunya yang sudah terbit antara lain: Jual Beli Bibir, Sehelai Waktu, Sebongkah Kertas dan Wajah Emak, Di Sebuah Surau Ada Mahar untukMu, Sepucuk Surat untuk Rasulullah, Fiksi Mini, Mimpi Kecil, dan Malam pun Menyetubuhiku.

Minggu, 12 Juli 2015

Puisi: Tuhan Manusia (Karya Angga Aryo Wiwaha)


(atas sebuah kegeraman)

di keramaian matahari
beberapa tuhan berjajar sebaris bumi
aku meledek mereka sampai
kubuang tuhan di masing-masing insan




di trotoar jalan bumi
kakek renta berjalan congkak
dia tahu, Tuhannya adalah yang paling benar
satu-dua anak melihatnya
kemudian setiap manusia berpaling pergi
malu
menyimpan setiap tuhan di saku celana mereka.

Sabtu, 11 Juli 2015

Puisi: Gadis yang Membunuh Kecewa (Karya Dianna Firefly)

Gadis itu pernah bertanya, di mana kecewa merenggang nyawa
yang berakar pada setiap liang lahat di ujung desa
yang selalu memanggil pulang pemuda-pemudi dari kota untuk
merenda duka
memaksa tua renta-tua renta ke dalamnya
lewat mata yang binar asa meski sembab penuh tanya
gadis itu membunuh kecewa

Ia bertanya lagi, di mana kecewa merenggang nyawa
yang menyerupai batu nisan hina dina
yang selalu memanggil pulang pemuda-pemudi dari kota untuk
mengukir nama mereka
Memaksa tua renta-tua renta mengeja aksara di dalam
makamnya
Lewat mata yang binar asa meski sembab penuh tanya
gadis itu membunuh kecewa untuk kedua kalinya

Sekali waktu ia bertanya lagi pada saya, di mana kecewa
meregang nyawa
yang menjelma jadi roh-roh penghuni neraka
yang selalu memanggil pulang pemuda-pemudi dari kota untuk memanjatkan doa memaksa tua renta-tua renta mencipta cerita petuah tentangnya
Lewat mata yang binar asa meski sembab penuh tanya
gadis itu membunuh kecewa tanpa sisa

Bertahun telah lalu, kami tak pernah bertemu
segala lesat hilang, kabarnya ia mati tenang
bawa segala kecewa dari semua rezim di tanah tercinta
Dengan senyum bahagia ia berkata:
"Jangan paksa pemuda-pemudi, jangan bunuh tua renta-tua
renta!
Paksa diktator-diktator gila, penguasa gila mati segera!
Revolusi!"

Gadis itu menunggu di alam baka.

Jumat, 10 Juli 2015

Puisi: Ke Atas Langit (Karya Shinta Miranda)

Hari-hari adalah senja temaram, tak nampak jemari yang
kukunya menghitam, selalu menyisir rambut laksana surai
jagung tua, yang akan dipipil untuk makanan satwa
Senja merah membuat rerumputan semakin cokelat tua, tunduk
helainya, tak rela menampung peluh yang datang dari kerut
kening-kening manusia di tanah raga
*orang-orang di sini berlutut dalam tahajud - linangan mata
embun mengalun
*tanah menempuh jalannya ke mana? Tsunami laku buyar ke
atas langit
Adakah hari tiada bersimpah darah, orang-orang menjarah,
menggagahi kemiskinan dengan jubah, alangkah meriah sebuah
pembelaan atas etiadaan, menghapus kemanusiaan

Paculah kuda jantan di mega-mega kemewahan sebuah nama,
debunya menggunung, di atas cakrawala peradaban, maka
bulan sabit terbelah tiga tak beraturan, menetak kulit kepala
dibesarkanlah namanya dan tanah kubur hampa jua

Hari-hari adalah senja temaram, setelah amarah rebah di atas
sajadah dan purna sudah perkara sejarah yang tak punya arah
di sini, tanahku bersimbah darah.