Sabtu, 25 Juli 2015

Islam di Rusia (Bagian 2)

Sembunyi-sembunyi
Salah satu saksi bisu bagaimana syi'ar Islam di Rusia berkembang adalah Masjid Sabornaya atau Masjid Agung Moskow, yang berada di kawasan Prospect Mira. Maka jangan heran, masyarakat setempat menyebutnya Masjid Prospect Mira. Tempat beribadah ini juga berada persis di samping salah satu stadion terbesar Rusia, Olympic Moskow atau Olimysky. 
MASJID SABORNAYA, MASJID AGUNG MOSKOW. Kontribusi untuk para pejuang di medan perang
MASJID SABORNAYA, MASJID AGUNG MOSKOW. Kontribusi untuk para pejuang di medan perang

Meski ada empat masjid di Moskow, hanya Sabornaya yang diakui pemerintah. Adzan bebas berkumandang disini, tidak seperti di masjid lainnya. 

Sabornaya, yang dibangun tahun 1904 oleh arsitek Nikolai Alekseyevich Zhukov, pembangunannya disponsori oleh seorang saudagar, Yusupovich Yerzin. Hanya butuh waktu lima bulan untuk mendirikan tempat beribadah ini. Imam masjid pertama, Badriddin Hazrat

MUSLIMIN DAN MUSLIMAT DI RUSIA. Berbagi pengalaman dalam syi'ar Islam
MUSLIMIN DAN MUSLIMAT DI RUSIA. Berbagi pengalaman dalam syi'ar Islam
Alimov, mengajukan izin kepada pemerintah Moskow untuk menggunakan masjid itu sebagai tempat beribadah pada 27 November 1904. 

Pada perang Dunia I dan II, bangunan ini menjadi tempat penggalangan bantuan dari masyarakat untuk para pejuang di medan perang. Bahkan pernah juga digunakan sebagai tempat perlindungan.
Tahun 1960-1970, Para imam masjid mempunyai peran besar dalam mencairkan hubungan antara Uni Soviet dan dunia Islam, termasuk negara-negara Arab. Hubungan dengan negara-negara tetangga mencair. Presiden Mesir Gamal Abdul Naser, Presiden Libya Muammar Khadafi, Presiden Iran Muhammad Khatami, Presiden Turki Abdullah Gyul, PM Malaysia Mahathir Muhammad dan Presiden Indonesia pertama Soekarno, pernah berkunjung ke masjid agung ini. 

Bangunannya memang tidak memadai untuk menampung umat Islam Moskow, yang mencapai 2,5 juta jiwa. Oleh karena itu, Presiden Federasi Rusia Dimitri Medvedev pun akhirnya menyetujui bangunan ini diperluas. Luas totalnya lebih dari 26.000/m2. Kompleks itu meliputi masjid, gedung dewan pengurus, gedun serbaguna, dan tempat perbelanjaan. Masjid in mampu menampung sekitar 6.000 jama'ah.
Saya bisa merasakan semangat kaum muslim disini. Usai shalat, jama'ah biasanya saling berbagi pengalaman mereka dalam syi'ar Islam. 

Kisah yang selalu menarik perhatian sesama umat disana adalah cerita dari jama'ah yang asalnya dari Tatarstan, wilayah Rusia, yang didominasi umat muslim, dan umat dari wilayah Chechnya, yang sejak lama ingin memisahkan diri dari Rusia. 
 
SVET ZACHAROV. Cinta Indonesia
SVET ZACHAROV. Cinta Indonesia

Salah satu imam masjid Sabornaya yang saya temui, Itdar Alautdinov, mencritakan, zaman Uni Soviet, kaum muslim beribadah sembunyi-sembunyi. Jika ketahuan oleh mata-mata KGB, mereka bisa dikenai hukuman berat.

Selalu Berbatik
Pemerintah Rusia kini ingin menunjukkan keseriusan mereka, menghargai masyarakatnya memeluk agama menurut kepercayaan mereka masing-masing. Salah satunya dengan memberi izin berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi Muslim yang diadakan di Pillar Hall of Unions, atau Koloni Zall, tahun 2009. Tempat ini adalah tempat dahulu mayat Lenin disemayamkan, sebelum disimpan dalam mausoleum di Lapangan Merah. 

Perwakilan dari 40 negara, termasuk Indonesia, hadir. Adalah Dewan Mufti Rusia, Organisasi Konferensi Islam atau Oki, dan Kementerian Luar Negeri Rusia yang menggagas acara ini. Syaikh Ravil Gaitnudin, pemimpin Dewan Mufti Rusia, berharap bisa mempererat hubungan Rusia dengan negara-negara muslim. Wajar, bila mengingat jumlah umat Islam Rusia hampir 25 juta jiwa. Mungkin saja, suatu saat negara ini menjadi kekuatan baru Islam dunia. 

Beruntung sekali saya bisa berkenalan dngan Svet Zacharov, salah satu peserta KTT Muslim, yang lancar sekali berbahasa Indonesia. Bukan hanya itu, beliau yang pernah bekerja sebagai wartawan di Harian Merdeka masa ke pemimpinan (alm.) B.M. Diah, paling suka mengenakan batik, tanda kecintaannya kepada Indonesia. Era 1980-an, Zacharov pernah menjabat wakil kepala penerangan Kedutaan Besar Uni Soviet di Jakarta, selain sebagai koresponden untuk Uni Soviet dan Eropa Timur. 

Zacharov, kakek tiga cucu yang sering menulis ihwal Indonesia bagi media massa Rusia, adalah alumnus Fakultas Ketimuran Jurusan Indonesia di Institut Negeri Moskow. Ia juga telah menerbitkan kamus percakapan Indonesia-Rusia. 

ST/FT: YS Daya, berbagai sumber/Thanks to: Yulika Sastria Daya & Ninok Hariyani, executive producer Jejak Islam*AP


Sumber (Majalah alKisah No. 11/ Tahun IX/30 Mei-12 Juni 2011)

0 komentar:

Posting Komentar

Kritik dan saran Anda sangat kami butuhkan. Berkomentarlah dengan sopan dan tidak mengandung spam