Kamis, 23 Juli 2015

Jasadnya tak Tersentuh Makhluk Bumi

Jasadnya tak Tersentuh Makhluk Bumi

Bukankah sudah begitu banyak bukti yang Allah SWT perlihatkan di muka bumi ini agar manuisa menjadi sadar? 

Orang-orang ramai mengitari pemakaman. Mereka adalah sanak kerabat yang akan menyaksikan pemindahan kerangka di pemakaman itu. Sebagian tanah makam akan di jadikan jalan umum untuk memperlancar arus lalu lintas yang semakin ramai.

Pada awalnya eksekusi itu berlangsung alot, tidak semua ahli waris mau menerima rencana proyek itu. Mereka menyayangkan mengapa harus tanah makam yang dikorbankan.
Satu per satu kerangka mulai dipindahkan dengan hati-hati. Beberapa penggali kubur terus berkutat dengan tanah, membongkar kuburan yang telah ditentukan. Seorang Ustadz ikut serta mendampingi ahli waris dalam setiap proses pemindahan.

"Kuburan H.M. Shaleh, mana ahli warisnya" tanya si Ustadz ketika akan membongkar makam terakhir. Para penggali kubur bersiap-siap dengan cangkul dan linggis.
Tiga wanita berpakaian muslim dan empat pria maju ke dekat kuburan. Ingin menyaksikan makam ayah mereka digali.
"Mari kita berdoa agar penggalian berlangsung lancar, dan semoga arwah almarhum tenang dan damai, karena kerangkanya akan dipindahkan," kata sang Ustadz.

Mereka berdoa membaca surah Al-Fatihah, dan para penggali mulai mengerjakan tugasnya.
Panas mentari mulai terasa menyengat. Walau sudah dimulai agak pagi, tetap saja, ketika giliran makam terakhir digali, panas mulai menyengat. Orang-orang yang ramai di pemakaman itu mulai kegerahan, beberapa wanita mengembangkan payung yang dibawanya. Peluh mengucur di wajah para penggali kubur.
Dengan cepat mereka sudah hampir sampai di posisi jenazah bersemayam. Namun tiba-tiba seorang penggali kubur meloncat keluar sambil bertakbir dan mengucapkan istighfar. "Allahu Akbar, astaughfirullah."
Orang-orang yang kegerahan dan berteduh di bawah beberapa pohon kamboja mendekat. "Ada apa? Ada apa?"
"Kain kafannya utuh, masih terikat dengan sempurna, tidak ada cacat sedikitpun," tutur sang penggali kubur dengan napas terengah-engah.
Beberapa ahli waris H.M. Shaleh mendekat, begitu juga sang Ustadz, yang mengawasi penggalian.
"Teruskan saja. Mungkin salah seorang anaknya bisa mendampingi?" kata sang Ustadz berusaha menenangkan situasi.
Salah seorang putra almarhum mendekat dan masuk ke liang kubur bersama penggali kubur.
Benar apa yang dikatakan oleh pengali kubur, jasad ayahnya masih utuh, kain kafannya tidak ada robek sedikitpun.
Anaknya itu mengingat-ingat, ayahnya wafat ketika dia berumur lima tahun sekarang dia sudah berumur 45 tahun, empat puluh tahun yang lalu, tapi jasad ayahnya masih utuh.
Keluarga beramai-ramai mendekat ke liang lahat.

Dengan hati-hati para penggali kubur mengangkat jasad ke tepi liang kubur. Subhanallah, masih berat.
Pekik takbir dan tasbih yang membahana membuat orang ramai berkerumun di lokasi kuburan itu. Terlihat wajah sekilas almarhum masih utuh dan tampak mengulas senyum.
Keranda diturunkan dari mobil jenazah yang disiapkan untuk membawa kerangka-kerangka.
"Ahli waris mohon membuka kain kafan, untuk memastikan apakah jasad benar utuh atau tidak," ujar si Ustadz menyarankan.

Seorang wanita paruh baya memberanikan diri untuk mendekat, ia anak kedua H.M. Shaleh. Ia berdoa dekat jasad ayahnya lalu membuka ikatan kafan satu persatu.
Setelah semuanya terbuka, pekikan takbir kembali terdengar. Keluarga seolah menyaksikan kembali wajah H.M. Shaleh ketika hidup. Tidak kurang sesuatu apa pun, persis seperti ketika dikuburkan 40 ahun yang lalu.

Beberapa kerabat yang lain bertangisan tapi juga memuji kebesaran Allah SWT. Sebuah kejadian langka, yang tentu menyimpan banyak kisah dibalikna.
Menjelang adzan zhuhur berkumandang, prosesi pemindahan jenazah berakhir.
Siapakah dia, yang jasadnya tidak disentuh oleh makhluk bumi? Siapakah dia, yang diharamkan jasadnya dimakan makhluk di dalam tanah, seperti yang dijanjikan oleh Allah SWT untuk setiap kekasih yang dicintai-Nya?

Hafizh yang Sederhana 
Kawasan Bojong Gede, Bogor, di awal tahun '40-an' tidaklah seramai sekarang. Kebun buah masih banyak ditemui di mana-mana. Tanah yang subur dan air yang melimpah membuat penduduknya hidup dalam kecukupan. Sebagian besar penduduk menjadikan pertanian, terutama berkebun buah, sebagai mata pencaharian mereka.
Tapi ada satu keluarga, yang dianggap alim oleh penduduk, hanya berkebun ala kadarnya. Mereka turun temurun lebih berfokus pada dakwah dan menjadi guru mengaji.

Pak Shaleh, yang menjadi motor keluarga itu, adalah keluaran pesantren ternama di Jawa Timur dan seorang yang hafal Al-Qurlan. Ia dan keluarganya adalah pendakwah yang pantas diteladani dalam segala hal. Tidak pernah mengeluh menghadapi kehidupan, menuntun penduduk dengan ikhlas untuk mengaji dan mengerti agama.
Ia tidak pernah menonjolkan diri, tapi agama yang dipeluknya membuatnya dihormati oleh orang lain kerena ilmunya. Bagi seorang penghafal Al-Qur'an, akhlaq adalah sesuatu yang sangat utama. Karena, kalau ada yang berjalan tidak sesuai dengan syari'at yang telah ditentukan oleh Allah, sulit banginya untuk menjadi seorang penghafal Al-Qur'an. Menjadi seorang hafizh bukanlah hanya perkara hafal menghafal, tapi juga mencakup seluruh keutamaan yang harus dipunyai.

Pak Shaleh mendidik keluarganya dengan penuh kasih sayang, mengamalkan agama dengan ikhlas, dan hidup dengan sederhana sesuai yang dicontohkan Rasulullah SAW. Akhlaqnya yang begitu mulia dikenang penduduk dan lekat dalam memori mereka. Ketika nama Pak Shaleh disebut, beberapa orang tua yang masih hidup dan pernah bertemu dengannya menyebut namanya dengan ta'zhim. Dan ketika diceritakan ihwal peristiwa yang baru terjadi menyangkut jasad Pak Shaleh, mereka tidak kaget.
Pak Shaleh tidak pernah muluk-muluk dalam hidupnya, apa yang dilakukannya adalah apa yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dalam bergaul dengan sesama, mengahadapi obyek dakwah, bergaul dengan keluarga, semuanya mencontohkan Rasulullah SAW.

Sifat sederhana dan menerima apa adanya tercermin dari hidupnya sehari-hari. Dalam membagi ilmu, ia tidak pernah menyembunyikan apapun. Banyak kader yang dibinanya dengan tulus untuk melanjutkan estafet menghafal Al-Qur'an, dan semuanya tidak pernah dipungut bayaran.
Karena apa yang dilakukan tidak pernah sedikit pun keluar dari rel yang telah ditentukan oleh Allah SWT, hidupnya pun dijamin oleh Allah SWT. Bukankah Allah SWT tidak pernah ingkar dengan janji-janji-Nya? Apa saja kebutuhan hidup terpenuhi, walau ia tidak pernah meminta imbalan apapun dari kegiatan dakwah yang dilakukannya.

Banyak sekali keutamaan yang dimiliki Pak Shaleh, sehingga ia pun jadi teladan bagi masyarakat di sekitarnya. Mereka yang dulu kanak-kanak dan kini sudah sepuh mengenangnya sebagai guru mengaji yang penyayang dan berhati lembut. "Beliau tidak pernah marah, dan dengan telaten membetulkan setiap hafalan muridnya yang sering salah," kenang seorang laki-laki sepuh yang ketika menjadi muridnya masih duduk di sekolah rakyat.

Harimau mati meninggalkan belang, manuisa mati meninggalkan nama harum yang selalu dikenang. Berita tentang jasad utuhnya ketika kuburan digali menjadi buah bibir di kawasan Bojong. Itu adalah salah satu bukti kebesaran Allah SWT perlihatkan di muka bumi ini agar manusia menjadi sadar? Tapi mengapa kebanyakan manusia tidak memikirkannya dan tidak mengambil pelajaran?  
IMR*AP 



Sumber (Majalah alkisah No. 19/Tahun IX/19 September-2 Oktober 2011)

0 komentar:

Posting Komentar

Kritik dan saran Anda sangat kami butuhkan. Berkomentarlah dengan sopan dan tidak mengandung spam